Cerita Malam – Hingga saat ini, saya masih belum bisa melupakan pengalaman seks ini, yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Pengalaman pertama saya ketika keperjakaan saya hilang terjadi pada bulan September. Saat itu, saya berumur 27 tahun dan masih single. Bukan karena saya tidak laku, tetapi itu menunjukkan bahwa saya masih ingin bebas. Saya bekerja di sebuah lembaga pemerintah di Surabaya, dan orang bilang wajah saya ganteng.

Saya bekerja di Tahap Sekretariat, mengurusi surat-surat masuk dan mencatat semua kebutuhan dinas atasan (sekretaris). Saya juga mengetik surat-surat karena saya cukup mahir menggunakan komputer dan kadang-kadang memberi pelajaran tentang cara menggunakan komputer di luar kantor.


Sebagian besar kantor pemerintah biasanya memiliki siswa yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL), yang merupakan bagian dari kurikulum yang harus dilakukan oleh semua siswa.

Saya sedang menulis nota untuk dikirim ke instansi lain sekitar pukul 09:00 pagi ketika tiga siswi yang mengenakan seragam sekolah tiba-tiba mendatangi saya.

“Salam, Pak!” sapa mereka dengan cara yang ramah dan kompak.

“Pagi, apakah ada yang bisa saya bantu?” jawab dengan sopan.
“Begini Pak, kami ingin bertanya apakah anak-anak sekolah di sini masih diterima untuk PKL?”
“Oooh.. Anda bersekolah di mana?” Tanyakan pada saya.
“Saya dari SMK X, Pak.. dan ini surat permohonan kami dari sekolah,” kata mereka saat menyerahkan surat permohonan kepada saya.
Kemudian saya baca, di mana nama-nama mereka ditulis, dan saya melihat mereka satu per satu setelah selesai membaca.
“Coba, saya ingin tahu nama-nama kalian dan ketrampilan apa yang kalian miliki.” Tanyakan pada saya dengan bijak.
“Nama saya Devi Pak, yang ini Desy, dan yang ini Susy Pak.” Mereka juga berbicara tentang kemampuan mereka untuk menggunakan komputer meskipun mereka belum terampil karena mereka diajarkan menggunakan komputer di sekolahnya.

Si Devi memiliki postur tubuh yang agak kurus dengan wajah yang bulat dan payudara yang hampir rata dengan dadanya. Dengan warna kulit kuning langsat, wajah yang imut-imut, bibir merah, dan payudara yang montok, ukuran dadanya 34B, Desy, yang agak gemuk dan singkat tetapi memiliki payudara yang besar, agak tinggi dari rekan-rekannya. Dia sangat cantik dan seksi seperti bintang megaserial.

Meskipun saya jarang menonton BF, pikiran saya menjadi kotor. Mereka biasanya memiliki wajah yang indah, kulit putih, dan bersih.

“Begini ya adik-adik, kebetulan di sini terbukti belum ada yang PKL, tetapi saya akan menanyakannya pada atasan saya dulu.”
Saya terus memandangi wajah mereka satu per satu sambil berkata, “Nanti, seminggu lagi, tolong adik-adik ke sini untuk menantikan jawaban.” Akhirnya mereka pulang setelah berbicara sedikit.

Saya bertemu dengan atasan yang kebetulan sedang membaca koran. Saya mengetahui bahwa sistem empat D—datang, duduk, diam, dan uang—sangat populer di kalangan pegawai negeri. Segera setelah percakapan ala kadarnya, atasan saya menyetujui, dan saya ditugaskan untuk memberikan tugas yang harus mereka selesaikan di masa mendatang.
“Tolong, kelak kalian yang mengawasi dan memberi arahan pada mereka,” kata atasan saya.
“Tapi jangan diarahin yang buruk.” Dengan mengatakan hal itu, saya agak bimbang.
“Apa maksud bapak?”
“Iya, tadi saya sempat melihatnya, mereka cantik, dan saya perhatikan mata kalian tidak lepas.”
Saya bercanda dan tertawa saat saya berkata, “Ah, Bapak bisa aja, saya ngga ada maksud apa-apa, kecuali dia mau diapa-apain.”
“Dasar kamu..” Atasan saya ketawa.
Meskipun dia atasan saya, tidak ada batas di antara kami. Memang, atasan saya adalah mata keranjang dan rahasia hubungan intimnya dengan perempuan telah menjadi rahasia kami berdua.

Tiga dari mereka kembali ke kantor seminggu kemudian. Segera setelah itu, saya menjelaskan bahwa mereka dapat melakukan PKL di tempat ini dan langsung mulai bekerja. Setelah itu, saya memberikan tugas kepada Devi dan Desy untuk bekerja di tempat lain, dan saya meminta Susy untuk membantu pekerjaan di kamar saya. Ruangan saya benar-benar unik.

Terbukti telah saya rancang sedemikian rupa sehingga orang biasa dapat menikmati keindahan tubuh Susy, yang saat itu kelihatan cantik dan seksi dengan rok ketat di atas lutut. Saya kemudian mengirim Devi dan Desy ke ruang lain untuk membantu karyawan lain, sedangkan Susy saya suruh menunggu di ruang saya. Kemudian saya kembali ke ruangan.

Apa yang harus saya lakukan, Pak? Ketika saya kembali, tanya Susy.

“Kamu duduk di depan komputer dan tolong bantu saya mengetik berbagai nota,” katanya sambil memberikan sejumlah lembar kertas kerja kepadanya.
Saya bercanda, “Dan tolong jangan panggil saya Bapak, saya belum Bapak-bapak lho, panggil saja Mas Bimo.”
“Baiklah, Mas Bimo, tetapi tolong ajarkan saya mengetik karena saya belum mahir memakai komputer.”

Saya terus memandangi wajah Susy tanpa sepengetahuannya sambil saya mulai memberinya beberapa instruksi tentang tutorial mengetik. Saya menikmati berdiri di sampingnya. Dari atas, kerahnya agak terbuka, dia melirik ke arah payudaranya.

Bra berwarna coklat muda menutup seluruh belahan payudaranya yang putih mulus. apalagi ditambah dengan paha kuning langsat yang sangat seksi yang roknya naik ke atas ketika dia duduk. Penis saya berdiri tegak tanpa disadari. Saya bingung bagaimana saya bisa menikmati tubuh anak SMK ini.

Di hari pertamanya, saya hanya bisa bertanya-tanya tentang sekolahnya dan keluarganya, terkadang bercanda, dan menikmati tubuhnya yang indah. Sebenarnya, Susy adalah anak yang ramah dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Saat-saat tertentu, saya suka mengarahkannya ke cerita yang bersifat seksual, dan dia hanya tersipu malu.

Selama itu, saya juga berpikir tentang bagaimana Susy dapat merasakan kepuasan fisik. Saya merencanakan untuk membuat rencana karena atasan saya akan pergi ke luar kota besok, dan saya akan memiliki waktu yang cukup untuk berdua dengannya.

Susy tiba pagi-pagi pada hari ketiga, dan atasan saya sedang dinas ke Bandung selama lima hari. Dia sering bertanya apa yang bisa dia lakukan, seperti biasa.

Apalagi ketika dia duduk di kursi, tanpa disadari atau disengaja, duduknya agak mengangkang, sehingga celana dalamnya yang berwarna putih terlihat jelas di antara pahanya yang putih mulus. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi saya untuk melaksanakan rencana yang telah saya buat dengan pikiran kotor saya.

“Gini aja Sus, kebetulan kali ini tampaknya kami tidak memiliki pekerjaan.. gimana kalau kami membaca berita online?” kata saya mulai mencari ikan.
“Kebetulan, Mas Bimo, tolong ajarkan saya tentang internet!” pintanya, tepatnya,
“Selesai.. yuk kita masuk ke ruangan atasan saya, karena internetnya ada di ruangan bos saya.”
“Ngga enak, Pak, kelak ketahuan.”
“Kan Pak lagi dinas ke luar kota, lagian ngga ada yang berani masuk kok tidak hanya saya,” jawabku sambil melirik celana dalamnya yang terselip di antara pahanya.
Benda pusaka saya sangat tegang, dan Susy sempat melihat celana saya yang berubah bentuk, tetapi dia segera menyingkirkannya.

Setelah itu, kami berdua memasuki ruangan atasan saya dan menguncinya.
“Mas, kenapa terkunci?” Susy merasa tertekan. Dengan tujuan agar orang percaya bahwa kami tidak ada di dalam. Ini mungkin hanya akan mengganggu kami di masa depan.
“Ih, Mas pikirannya kotor, awas ya kalau seperti Susy!” Meskipun mengancam, katanya bercanda.
Kemudian dia tidak mengira saya ingin melakukan sesuatu dengannya, dan kami berdua tertawa. Saya meminta Suzy untuk duduk di kursi, dan saya duduk di sampingnya, di atas sandaran kursi Suzy. Saya dapat melihat paha dan payudara Susy tanpa sepengetahuannya, seperti beberapa hari sebelumnya.

Saya mengajar Susy cara membuka internet dan membaca kabar sebagai langkah pertama.

“Sus.. kalian tahu ngga kalau kami dapat melihat cerita dan foto porno di internet?” tanya saya mulai merencanakan rencana.
“Saya tahu dari kawan-kawan, tetapi saya ngga sempat lihat karena terbukti tidak tahu tutorial memakai internet.. tetapi kalau lihat foto gituan dari majalah sih pernah,” katanya dengan malu-malu.
Sambil memegang pundaknya, saya bercanda, “Nah ya.. anak kecil telah ngeliat yang macam-macam.” Dia diam saja sambil tertawa malu-malu.
“Bolehkah saya melihat konten pornografi dan cerita di internet?” minta maaf.
“Mau sih, tetapi jangan beritahu teman-teman Susy, ya mas.” Kan malu.”
“Percayalah, saya tidak akan memberi tahu kawan-kawan Anda.”

Susy sangat memperhatikan cerita porno yang saya buka di salah satu situs web.

Setelah waktu yang lama, saya melihat wajah Susy berubah, gemetar, dan menegang, menunjukkan bahwa dia mulai terangsang. Saya mulai perlahan-lahan meraba pundaknya. Saya sengaja melakukannya dengan perlahan untuk membagikan rangsangan dan supaya tidak terlihat bahwa saya ingin memanfaatkan peluang.

Dia tampaknya mulai berhasil karena dia tidak melakukan apa-apa. sementara kemaluan saya yang sudah tegang terus menegang. Saya membuka gambar porno setelah Susy membaca berbagai cerita.
“Iiih.. fotonya luar biasa, Pak.”
“Itu sih belum seberapa, karena hanya foto doang,” kata saya mulai mencari tahu.
Saya terus, “Kalau kalian mau, saya punya film-nya.”
“Ngga ah, saya takut ketahuan orang,” katanya, menunjukkan bahwa dia masih khawatir bahwa orang lain akan masuk.
“Percaya saya, itu hanya film, kecuali kami yang begituan.”
“Nah, Mas Bimo mulai nakal,” katanya dengan nada menggoda, membuat saya tertawa. Kami berdua tertawa.
Saya kemudian membuka VCD porno yang tampaknya telah saya siapkan dengan sengaja di dalam ruang CD komputer.

Saya mulai memutarnya dan melihat adegan seorang wanita mengulum kemaluan dua orang kulit hitam. sementara seorang pemuda bule memasuki kemaluan si wanita dari belakang. Meskipun duduknya mulai tidak tenang, Susy tampaknya tetap diam tanpa berkedip.

“Kamu sempat lihat film seperti ini, Sus?” tanyaku.
“Belum sempat, Mas, hanya foto-foto di majalah,” jawabnya dengan suara agak gemetar. Adegan-adegan film tersebut mulai membuatnya terangsang.
“Kalau begitu, saya akan mati saja, ya, Sus?” “Kelak kalian marah lagi,” kataku sambil mengelus pundaknya, berpura-pura tenang.
“Aah tidak masalah, Mas, sekalian buat pelajaran, tetapi Susy jangan dicaci, ya Mas?” dirinya merasa khawatir
“Iya.. iya.” kataku untuk menyakinkan, meskipun si otong benar-benar tidak tahan.

Dengan perlahan saya mulai memegang dan mengelus tangannya, dia tetap diam dan tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan. Yang anehnya, ketika saya merapatkan duduknya dan memegang tangannya yang berbulu halus dan menempatkannya di atas paha saya, dia tetap diam. Dia tetap fokus pada adegan film, dan suaranya tampaknya saya buat lebih keras untuk membuatnya lebih tertarik untuk menontonnya.

Suara rintihan dan erangan terdengar dari wanita saat si kulit hitam menyodok kemaluannya yang besar dan panjang, dan mulutnya dengan lahap mengulum batang kemaluan Bule. Saat ini, Susy tetap tidak tenang dalam duduknya, dan nafasnya terdengar agak berat, menandakan nafsunya sedang meningkat. Saya tidak akan membuang kesempatan ini.


Setelah tangan Susy tetap di atas paha saya, tangan kiri saya mulai membelai rambutnya sampai lehernya yang panjang. Ketika saya menyentuh lehernya, Susy terlihat menggelinjang.
“Achh..” “Mas bimo, jangan, Susy merinding nih.” Dia mendesah, membuat saya lebih tertarik.
Saya tidak peduli karena dia tidak menepis tangan saya dan malah meremas paha saya.

Saya sengaja meletakkan tangan kanan Susy di atas kemaluan saya saat tangan kiri saya juga tidak diam.
Saya mulai merayu, “Sus, kalian cantik deh, seperti artis itu.”
“Masa sih, Pak?” Rayuan saya membuatnya terbuai. Anak usia minimum tetap 17 tahun.
“Bener tuh, masa saya bohong, apalagi payudaranya semacamnya sama dengan yang di film.”
“Ih..” “Mas bimo bisa saja,” katanya dengan sedikit malu.

Adegan film berubah ketika seorang pria menjilat kemaluan wanita dan seorang wanita mengulum dua batang kemaluan. Tangan dan paha saya masih dipegang dengan kuat oleh Susy.
“Apakah Anda terangsang, Sus?” tanya saya tentang memancing.

Dia menoleh ke arah saya dan tersenyum malu, wajahnya merah dan bibirnya basah, terutama karena aroma parfum yang dia kenakan.
“Apakah Anda terangsang, Pak?” Dia kembali bertanya.
“Terus terang, aku sih terangsang, ditambah lagi nonton sama kalian yang sangat cantik,” rayu saya, dan dia hanya tertawa kecil.
“Saya juga tampaknya terangsang, Mas,” katanya dengan tegas.
Melihat keadaan ini, tangan saya mulai bergerak ke arah yang berbeda. Dari luar baju seragam sekolahnya, saya perlahan-lahan arahkan tangan kanan saya ke payudaranya. Saya menempatkan tangan kiri ke atas pahanya dan dengan perasaan menyentuhnya. Susy terus menggelinjang karena kenikmatan. Sangat mulus, tanpa cacat, dan pahanya agak melengkung.
“Aaahh, jangan Mas, Susy takut, Susy belum sempat beginian, kelak ada orang masuk mass.. oohh,” katanya sambil tangan kanannya memegang dan meremas tangan kanan saya di atas pahanya sementara tangan kirinya memegang sandaran kursi.

Ditambah dengan adegan film siswi anak sekolah Jepang yang vaginanya dimasuki dari belakang oleh gurunya di ruangan kelas, tampaknya Susy juga terangsang oleh dampak saya perlakukan semacam itu.

Tidak peduli apa yang dikatakan Susy, saya yang sudah tidak tahan lagi. karena saya menyadari bahwa dia juga ingin menikmatinya. Tangan kanan saya terus meremas payudara kanannya.

“Maass, jaga diri Maas.. ohh.” Susy tidak berhenti mendesah.

Cerita Mesum: Susy rapatkan kepala dan badannya ke dada saya dan terus menggelinjang. Tangan kiri saya bergerak untuk meraba wajahnya yang manis dan indah.

Buka dua kancing seragamnya setelah turun ke leher dan terus turun ke bawah. Di balik BH-nya, gundukan belahan payudaranya yang putih mengencang. Saya meremas dadanya sebelah kiri dengan tangan saya, lalu pindah ke payudaranya yang sebelah kanan.
Ohh.. Saya minta maaf, Bimoo.. oohh.. jaangaann.. mmhh.. “Saya terus mendengar rintihannya dengan penuh nafsu.
Ketika saya terus meremas BH-nya, dadanya terus bergetar dan membusung. Lihatlah puting kecil berwarna merah yang mengeras. Tangan kanan saya perlahan masuk ke balik roknya yang tersingkap dan meraba-raba celananya, yang basah ketika saya memegangnya.
Ohh.. Mass sangat mengerikan.

Kepala Susy mendongak menahan rasa panas yang terus meningkat. Bibir merah membasah. Saya langsung mencium bibirnya, dan Susy membalasnya dengan ciuman buas.

Saya arahkan lidah saya ke bibirnya, mengulum lidah kami satu sama lain. Getaran tubuh Susy sangat tidak menentu. Saya berciuman dengannya dan memintanya untuk meraba batang kejantanan saya yang kencang dan menegang di balik celana panjang saya.
Saya terus kulum dan hisap mulutnya, jadi saya tidak tahu apa yang dia katakan. Saya segera melepaskan semua kancing seragamnya sambil mencium bibirnya. Dengan tangan saya membuka BH yang kaitannya di depan, saya dapat melihat payudaranya yang besar dan putih bersih serta perutnya yang mulus. Saya menyentuhnya dan meremas seluruh payudaranya.

Ini menyebabkan Susy terus menggelinjang. Saya mencium Susy tiba-tiba.

“Mas.. jangan diterusin, Susy ngga sempat berbuat semacam ini,” pikirnya seperti itu.

Seragamnya menutupi payudaranya. Melihat hal-hal seperti ini, saya takut dirinya tidak akan melanjutkan. Meskipun saya sedang panas, dia berciuman dan meraba-raba tubuhnya.

Namun, keghairahan saya telah melupakan segalanya. Saya mencari cara agar Susy dapat melampiaskan keghairahan saya yang telah mencapai puncaknya.
“Jangan takut, Sus, kami tidak akan melakukan apa-apa yang signifikan, saya hanya ingin merasakan keindahan tubuh kamu.”
“Tapi bukan caranya.”
“Bukannya Anda juga senang, Sus?”
“Iya, tetapi Susy takut jika sampai keterusan, Pak!”
“Saya yakin Anda tidak akan berbuat ke arah sana, Mas.” Saya membelai rambut Susy setelah dia terdiam dan memandangi saya. Dia juga tersenyum ketika saya menjawabnya. Semacamnya dia yakin akan kata-kata saya. Saya mematikan komputer setelah film selesai. Saya berdiri dan tiba-tiba membawa tubuh Susy.
“Maaf, ke mana Susy ingin dibawa?” Dia memegang pundak saya.
Baju seragamnya terbuka lagi, membiarkan payudaranya yang besar terlihat.
“Kita duduk saja di sofa.” Saya angkat Susy dan pangkunya di sofa di ruangan bos.
“Sus, kalian cantik sekali,” katanya sambil tersenyum malu.
“Bisakah saya mencium bibirmu?” Dia tetap diam dan tersenyum lagi. Wajahnya sangat indah.
“Tapi janji ya Mas Bimo tidak akan melakukan hal seperti itu di film tadi?”
“Iya saya janji,” Susy berkata sambil terpejam.
Saya secara spontan mendekati wajahnya dan mencium keningnya, pipinya yang kiri dan kanan, dan bibirnya. Dia kemudian membalas. Saya memasukkan lidah saya ke dalam lubang mulutnya.

Birahinya mulai kembali. Dengan nafsu melumat lidah dan bibir saya, Susy membalas ciuman saya dengan ganas. Kedua pundak dan kepala saya diremas oleh tangannya. Ciuman berlangsung sekitar dua puluh menit. Saya sengaja tidak melanjutkan dengan tangan untuk memberi tahu Susy bahwa saya tidak akan melanjutkan.

Saya mulai meraba perutnya setelah saya yakin Susy telah lupa. Kemudian naik perlahan ke payudaranya.
Aaah. “Mass teruuss.” teriakannya. Kekuatirannya akhirnya dikalahkan oleh birahinya. Saya dengan lembut menyentuh putingnya yang mengeras.
“Aaahh.. aahh.. mmhh.” Saya terus menjadi lebih inovatif.
Puting saya berputar. Saya jilati lehernya yang jenjang, bibir saya turun ke bawah, dan badan Susy menggelinjang keenakan.
“Ooouuhh Mass, teruuss, enaak Maass.” Karena Susy terus mengeluh keenakan, libido saya meningkat.
Karena pantat Susy tertekan, kemaluan saya sangat tegang dan sakit. Saya kemudian merebahkan dirinya di sofa dan tetap menciumi wajahnya. Kemudian saya menyentuh payudaranya sebelah kanan.
“Maaf, Bimoo.” Susy berteriak dengan senang hati.
Saya hisap dan jilati putingnya dengan keras.
“Aahh.. oouhh.. terharu oohh.. enaakk.”
Sepertinya putingnya masih memerah. Kemudian saya hisap putingnya yang sebelah kiri. Saya menyedot putingnya dengan keras, seperti bayi yang kehausan. Susy terus menggelinjang dan berteriak. Setelah saya membuka pahanya, tangan kiri saya mulai meraba-raba ke atas dan ke arah selangkangannya. Di atas celana dalamnya yang basah, jari saya menyentuh kemaluannya. Pada awalnya, dia menyatakan
“Oouhh Maass jangaann.” namun,
“Oouughh Maass terlalu buruk.” Dengan nafsu, Susy menghisap jari saya setelah memasukkannya ke mulutnya.
“Mmmhh.” Saya terus menghisap puting payudaranya bergantian.

Tangan saya terus menekan vagina Susy. Tangan kanan saya meremas-remas payudaranya sambil saya hisap, dan tangan kiri saya memasukkan jari telunjuk ke sela-sela celana dalamnya.
“Maass.. oohh.. maafkan oughh.. mmhh.” Susy masih mendesah.
Dengan tangannya, dia meremas sofa. Setelah saya puas meremas-remas payudaranya, saya tuntun tangannya untuk memegang vagina saya yang tegang di balik celana panjangnya. Saya dekap kemaluan saya dengan tangan Susy yang tetap di atas celana saya. Pada akhirnya, Susy mulai meremas-remas vagina saya sendiri.
“Oohh Sus.. enak Sus.. terus Sus.” Meski dia mengelusnya dengan kaku, itu benar-benar menyenangkan. Juga, jari kiri saya terus meraba kemaluannya, yang memiliki bulu-bulu halus dan jarang. Saya menekan tangan saya dan perlahan-lahan memasukkan jari telunjuk saya untuk mencari clitorisnya, dengan jari saya cocok di atas vaginanya yang sangat basah.

Seluruh tubuh Susy menggelinjang, dengan pantatnya naik turun.

Terima kasih, Maas. Susy tidak kuat, Maass.
Karena tangan Susy mencengkeram erat kemaluan saya, saya tahu dia hampir mencapai klimak.
“Maass.. aahh.” Susy tiba-tiba mengejang dengan kuat dan bergetar, menandakan bahwa dia telah mencapai klimak.
Dia langsung lemas, matanya terpejam. Matanya perlahan terbuka setelah saya kecup lembut bibirnya.
“Pak..” “Saya sayang kamu, Susy.”
“Saya juga sayang Anda, Sus.”
Dirinya tersenyum saat saya kecup bibirnya sekali lagi. Saya melihat banyak tanda merah yang saya hisap di payudaranya.
“Hh.. Mas nakal, tete Susy dibikin merah, membuat dadanya terlihat jelas.
“Habis tete kalian montok dan gemesin sih.. besar lagi,” kataku sambil mengusap keringatnya di wajahnya.
“Mas, kok cairan anunya tidak keluar seperti di film sebelumnya?” tiba-tiba dia bertanya.
Tampaknya dia benar-benar tidak tahu apa itu seks. Sangat tepat untuk melanjutkan jurus kedua.
“Maukah Anda membuat saya keluar air mani?” tanya saya.
“Iya, Susy ingin melihat, apa itu?”
Saya membuka CD dan celana panjang saya tanpa berpikir lama. Dengan tegaknya, kejantanan saya langsung terungkap. Saya memiliki ukuran yang cukup besar, dengan panjang sekitar 18 cm. Senjata saya yang ingin menagih kepuasan yang ditunggu-tunggu membuat Susy terbelalak.
“Ya ampun, Pak. Itu sangat besar.”
Saya suruh Susy mengocok dan meraba tangannya setelah saya meraihnya. Karena dia baru sekali melihat dan memegang burung laki-laki secara langsung, Susy terlihat gugup dan gemetar.
“Aah. Sus sangat enak, terus Sus.. ahh.”
Susy akhirnya terbiasa dengan itu dan merasa dia melakukannya dengan baik. Saya menyentuh payudaranya.
“Mr., ahh.. Susy masih lemas.
“Sus, cium dong punyaku,” pintaku.
Dia langsung menciumi batang kejantanan saya. Mungkin dia belajar dari film sebelumnya.
“Terus Sus, emut Sus biar keluar aahh.. kalian pintar Sus.. emut Sus.” Saya terus memintanya.
“Ngga mau, Susy ngeri, lagian tidak cukup di mulut Susy.”
Saya berdiri di depan Susy, dan dia duduk di sofa. Saya meremas dada Susy,
“Ahhh Maass.”
Saya langsung memasukkan batang kemaluan saya ke mulutnya dan batang kejantanan saya keluar ketika dia membuka mulutnya.
“Mmmhh.. mmhh.” Meskipun Susy agak terkejut, saya tidak peduli; sebenarnya, itu adalah Susy yang sedang menyedot penis saya.
Aaah. Kalian pintar, sus. Teruslah, sus.
Saya juga baru pertama kali melakukannya, dan saya benar-benar ingin keluar, tetapi saya berusaha tahan. Dengan kedua tangannya memegang pantat saya, Susy terus mengulum dan menyedot batang kemaluan saya, sepertinya dia telah lupa diri.

Dia belajar dengan cepat. Saya membungkuk dan meremas paha Susy dengan kedua tangan saya. Setelah itu, Susy mengerti dan membuka kedua pahanya. Setelah saya angkat roknya, CD berwarna putih terlihat saat saya buka resletingnya. Segera, tangan kanan saya menekan-nekan belahan vaginanya yang basah yang tertutup CD.
“Mmmhh.. mmhh.” Susy menggelinjang dan terus mengulum, sepertinya mulutnya agak sulit. Saya merebahkannya di sofa panjang setelah membuka baju seragam dan BH-nya. Saya membuka pakaian saya, meninggalkan CD-nya yang tersisa, dan kemudian telanjang bulat atau bugil. Saya lumat bibirnya dengan cepat, dan Susy membalas dengan mata terpejam.

Tangannya kanannya meremas-remas pundak saya, dan tangan kirinya tetap memegang batang kejantanan saya. Sementara tangan kiri saya terus meraba CD Susy yang sangat basah, tangan kanan saya membelai-belai rambutnya. Saya masukkan tangan saya ke dalam CD-nya dan terus turun ke bagian bawah vaginanya, lalu saya bermain-main dengan jari-jari saya di bagian yang telah banjir.

“Aaahh Maass.. oughh.. ohh.” Dia menggelinjang terus-menerus. Gerakan tangannya diikuti dengan pantatnya yang naik-turun. Tangan kanan dan mulut saya langsung mengisap dan meremas tetenya.
“Aaahh Maass.. teruuss.. aahhgghh.” katanya dengan sedih.
Burung saya yang tegang meremas tangan Susy dan ingin masuk ke sarangya Susy.

Saya segera membuka celana dalamnya. Dan saya mulai mencium perutnya dan perlahan-lahan mencium vaginanya dan bulu-bulunya yang halus. Tangan Susy menyentuh rambut saya. Setelah membuka belahan vaginanya, saya menemukan kelentit kecilnya yang berwarna merah muda. Saya langsung menghisap dan jilat kelentitnya.
“Aaagghh Maass oouhh.. oughh.” Susy mendongak dan bergerak ke kiri dan ke kanan, merasakan kepuasan yang baru saja dia rasakan, seperti yang saya rasakan juga. Saya menyedot liang vaginanya yang masih merah dan perawan.
Oohh. Mass, Susy tidak kuat…. oohh.. aahh… tubuh Susy tiba-tiba bergetar, pantatnya bergerak ke atas dan bergetar keras.
“Aaahh.” Susy mengalami orgasme yang kedua.
Saya mengambil semua cairan yang keluar dari celah vaginanya dan hisapnya.

Tubuhnya lemas lagi, matanya terpejam. Segera saya buka pahanya lebar-lebar dan masukkan penis saya ke dalam liang vaginanya. Sesuatu menekan kemaluannya pada Susy. Matanya terbuka dengan perasaan lemas dan sayu.
“Mas.. jangan maass, Susy tetap perawan,” katanya, namun pahanya tetap terbuka.
“Susy berkata dia ingin melihat punya Mas keluar cairan.”
Ia, tetapi Susy tidak sempat melakukannya, Susy takut dan takut sakit.
“Jangan kuatir, Mas, itu pasti pelan-pelan.”
Segera saya ludahi batang kemaluan saya dan kemudian saya arahkan ke celah vaginanya. Saya perlahan-lahan menekan masuk ke dalam, dan rasanya sangat sempit.
“Achh Mass sakit.” Wajahnya tampaknya menahan sakit.
“Cepat, Pak, sakit!” Saya segera menghentikan tindakan saya setelah mendengar keluhannya. Saya menekan lagi setelah dia mulai tenang.
“Ahh.. “Maas, pelan-pelan,” katanya sambil memegang sofa dengan kuat.
“Tenang, Sus, jangan panik; kelak juga baik-baik saja.”
Saya kemudian menekan bibir Susy dengan kuat, dan dia membalas. Saya mencoba lagi, tetapi gagal. Saya mencoba lagi, dan saya tidak putus asa.
Achh. “Mass Bimo, sakit kepala!”
Tidak peduli teriakannya, saya menekan kemaluan saya lebih keras dan, “Bless.”, torpedo besar saya masuk setengah, seperti ada yang terluka di celah kemaluannya.

Saya diamkan beberapa saat saat kepala Susy mendongak ke atas menahan sakit, lalu saya menekan lagi dan memasukkan semua batang kejantanan saya ke sarang Susy.
“Achh Mas.. sakiitt.. pelan-pelan Mas.” Saya berhenti sebentar sebelum mencobanya lagi. Dengan nafsu saya yang terus meningkat, dia terus berteriak. Saya kemudian menekan sekuat tenaga dan memasukkan semua senjata saya. Saya mengeluarkan pelan dan memasukkannya lagi dan lagi, dan seterusnya.
“Ahh.. ah..” Mass sangat sakit.
Dia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Mungkin dia merasa terangsang lagi. Saya bergerak lebih cepat dalam waktu yang lama. Kaki saya menyentuh payudaranya.
“Ohh Sus.. kalian sangat cantik Sus.”
“Massa, terus massa, akhh. “Susy tidak kuat, Mass.” Pantatnya naik turun bersamaan dengan gerakan pantat saya yang naik turun. Saya merasakan kepuasan yang tak terhingga. Saya merasa ada sesuatu yang kuat yang ingin keluar dari alat vital saya, dan sepertinya saya akan segera mencapai klimaks.
“Maass.. oougghh Mass, Susy tidak memenuhi syarat.. oughh Mas Bimoo.. aahh!” Sambil tubuhnya bergetar, Susy berteriak histeris, dan pada saat yang sama, air mani saya menyembur dengan deras ke dalam vaginanya.
“Ooughh Sus saya keluaarr, oohh.. creet.. crreet.. creet..” sperma saya mengalir dengan kencang, tubuh saya bergetar dan berguncang.
Saya mendekap tubuh putih mulus Susy dengan tangannya yang mencengkeram erat pundak saya. Setelah itu, kami keduanya langsung lemas. Saya merasa ada sesuatu yang sangat menarik yang menarik kejantanan saya. Batang kemaluan saya terasa hangat. Sangat banyak cairan yang keluar.

Ketika dia merasakan orgasme yang ketiga, mata Susy terpejam. Tubuhnya tidak berdaya dan pasrah. Kejantanan saya tetap berada di kemaluannya, dan tubuh kami tetap berpelukan.

Saya mencium seluruh wajahnya dan bibirnya. Setelah itu, saya membuka tubuhnya dan menemukan cairan darah perawan menetes di sofa dan bibir vaginanya. Segera terlihat Susy menangis.
“Mas.. kenapa kami melakukan ini, Susy sudah tidak perawan lagi.” Dia terus menangis. Saya terdiam, merasa bersalah karena telah melupakan diri saya sendiri dan betapa teganya saya telah menodai seorang gadis yang tidak saya miliki. Sambil mencoba menenangkan dia, saya seka air matanya.
“Maafkan saya, Sus, saya lupa diri, saya akan bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan, Sus.”
“Mas, peluk Susy Mas.” Saya langsung memeluknya dan mencium keningnya. Saya juga dipeluknya dengan erat. Tubuh kami tetap tidak terlihat,
“Sayang, Mas Bimo”
“Saya juga sayang kamu,” jawabku.
Setelah itu, dia terus menangis, dan saya melihat air matanya mengalir dari matanya. Setelah kami berpelukan sampai puas, kami segera berpakaian. Sofa kepala saya terkena bercak darah Susy. Saya menggunakan sapu tangan untuk mengelap hingga bersih.
“Mas, Susy mohon jangan beritahu siapa pun tentang ini!”
“Saya tidak akan memberi tahu orang lain, ini rahasia kami berdua.”
Setelah semua selesai, kami kembali berpelukan. Kami keluar dari ruangan bos setelah itu. Tidak lama kemudian, rekan-rekannya masuk dan membawa dia pulang.

Besok pagi, Susy masuk pertama, dan ketika saya masuk,
“Selamat pagi, Mas,” katanya. Senyumnya sangat indah.
“Selamat pagi, teman.”
Saya berdiri di dekatnya dan kecup bibirnya dan keningnya. Dia menjawab ciuman sebelumnya. Oh, kali ini sangat indah. Susy masih dipekerjakan selama dua minggu lagi.

Tidak seperti yang kami lakukan kemarin, kami berdua melakukannya lagi di seluruh ruangan bos—di meja, kursi, atau di balik pintu—dalam posisi berdiri, mirip dengan yang dilihat di film BF.

Kadang-kadang, Susy memaksa saya untuk membolos dan melakukan janjian di hotel. Tidak jarang kami melakukannya dari pagi hingga sore hari. Sebenarnya, Susy adalah orang yang sangat seksual dan mudah terangsang.

Kenikmatan ini luar biasa, dan kami tidak sempat mengalami kerugian. Hubungan kami tetap berlanjut hingga orang tuanya menikahkannya setelah dua minggu berlalu, mereka telah mengakhiri PKL.